|
Desa Manusia
|
|
Tidak ada lagi perayaan sepanjang mata memandang,\.
dan semuanya terdiam dalam pekerjaanya masing-masing.
<balloon>
Walau mereka tampak sibuk,\. kegembiraan mereka yang
meluap-luap bisa dirasakan.
|
|
Marisa: "Padahal kemarin orang-orang kerjanya hanya
ribut dan minum-minum sampai siang..."
|
|
Marisa: "Rasanya sepi begitu semuanya tenang..
atau itu karena energi kehidupan mereka
yang perlahan pulih?"
|
|
Marisa: "Orang Non-religius seperti aku mah,\.
ga bakalan paham."
|
|
??? : "Boleh aku duduk di sebelahmu?" \.
Marisa: "Ah? kamu siapa ya?"
|
|
Marisa : "...Kau!" \.
Di tempat seperti ini..!
Yuugi : "Yang nonton sedikit ya, apa hari ini libur?"
|
|
Marisa : "Libur?" \.
Yuugi : "Yah, aku datang ke permukaan setiap hari\.
untuk menonton festival pertarungan."
|
|
Marisa: "Oh, Jadi kau sering datang menonton. \.
Kok Penduduk desa ga ada yang ribut?"
|
|
Yuugi : "Bukankah baik manusia maupun siluman Boleh
ikutan dalam festival pertarungan?" \.
Marisa: "Uhh... iya juga sih."
|
|
Yugi: "Jadi, Kenapa tidak ada pertarungan hari ini? \.
Sangat mengecewakan sekali... "
|
|
Marisa: "Oh, mungkin. \.
Karena semuanya sudah berdamai."
|
|
Topeng Kokoro terbuat dari emosi itu sendiri. \.
Jumlah topengnya adalah enampuluh enam. \.
Jika salah satunya hilang, emosinya tidak akan terkendali. \.
|
|
Emosinya meluap dan menyebar ke sekitarnya. \.
Emosi yang meluap tanpa henti, pada akhirnya akan habis.
|
|
Dengan hilangnya harapan, desa manusia terperangkap dalam keputusasaan\.
Dikatakan bahwa hal tersebut dapat menguras habis emosi.
|
|
Sejak saat itu, Kokoro menggunakan topeng sementara
yang dibuat dengan harapan milik Marisa
|
|
Akibatnya, emosi menjadi seimbang. \.
Dan manusia merasakan harapan untuk masa depan
dan mereka mulai bekerja dengan rajin.
|
|
Namun, Marisa juga berpikiran seperti ini. \.
Bukankah dunia tanpa harapan lebih cerah dan
lebih menyenangkan...?
|
|
Jika ada harapan, manusia tidak akan bertualang
Bukankah begitu...?
|