Th135/Ending Marisa bahasa Indonesia

From Touhou Patch Center
Jump to navigation Jump to search
This page is a translated version of the page Th135/Marisa's Endings and the translation is 100% complete.


Gnome-colors-gtk-edit.svg data/ed/ed_marisa.pl.jdiff

 

Desa Manusia

 

Tidak ada lagi perayaan sepanjang mata memandang,\.

dan semuanya terdiam dalam pekerjaanya masing-masing. <balloon> Walau mereka tampak sibuk,\. kegembiraan mereka yang

meluap-luap bisa dirasakan.

 

Marisa: "Padahal kemarin orang-orang kerjanya hanya ribut dan minum-minum sampai siang..."

 

Marisa: "Rasanya sepi begitu semuanya tenang..

        atau itu karena energi kehidupan mereka
yang perlahan pulih?"

 

Marisa: "Orang Non-religius seperti aku mah,\. ga bakalan paham."

 

???  : "Boleh aku duduk di sebelahmu?" \. Marisa: "Ah? kamu siapa ya?"

 

Marisa  : "...Kau!" \.

          Di tempat seperti ini..!
Yuugi  : "Yang nonton sedikit ya, apa hari ini libur?"

 

Marisa  : "Libur?" \.

Yuugi  : "Yah, aku datang ke permukaan setiap hari\.

untuk menonton festival pertarungan."

 

Marisa: "Oh, Jadi kau sering datang menonton. \. Kok Penduduk desa ga ada yang ribut?"

 

Yuugi  : "Bukankah baik manusia maupun siluman Boleh

         ikutan dalam festival pertarungan?" \.
Marisa: "Uhh... iya juga sih."

 

Yugi: "Jadi, Kenapa tidak ada pertarungan hari ini? \. Sangat mengecewakan sekali... "

 

Marisa: "Oh, mungkin. \. Karena semuanya sudah berdamai."

 

Topeng Kokoro terbuat dari emosi itu sendiri. \.

Jumlah topengnya adalah enampuluh enam. \.

Jika salah satunya hilang, emosinya tidak akan terkendali. \.

 

Emosinya meluap dan menyebar ke sekitarnya. \. Emosi yang meluap tanpa henti, pada akhirnya akan habis.

 

Dengan hilangnya harapan, desa manusia terperangkap dalam keputusasaan\. Dikatakan bahwa hal tersebut dapat menguras habis emosi.

 

Sejak saat itu, Kokoro menggunakan topeng sementara yang dibuat dengan harapan milik Marisa

 

Akibatnya, emosi menjadi seimbang. \.

Dan manusia merasakan harapan untuk masa depan

dan mereka mulai bekerja dengan rajin.

 

Namun, Marisa juga berpikiran seperti ini. \.

Bukankah dunia tanpa harapan lebih cerah dan

lebih menyenangkan...?

 

Jika ada harapan, manusia tidak akan bertualang Bukankah begitu...?